Selasa, 26 April 2016

Parenting Ala Ali Bin Abi Thalib



Parenting Ala Ali Bin Abi Thalib

"Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, karena mereka hidup bukan di jamanmu"

Itulah quote terkenal dari Ali Bin Abi Thalib RA, khalifah ke-4 umat islam yang terkenal dengan kepintaran, kejujuran dan juga kesetiannya terhadap Rasulullah SAW.

Seperti sudah kita pahami bahwasannya mendidik dan membesarkan anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Banyak hal yang harus diperhatikan untuk menentukan pola pendidikan yang terbaik bagi masing-masing anak, apalagi mereka tidak hidup di jaman dahulu.

Menurut Ali Bin Abi Thalib RA, ada tiga pengelompokkan dalam cara memperlakukan anak, yaitu :

1. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anaka sebagai raja.

2. Kelompok 7 tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan.

3. Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai sahabat.

 



I. Anak Sebagai Raja (Usia 0-7 tahun)

Melayani anak dibawah usia 7 tahundengansepenuh hati dan tulus adalah hal terbaik yang dapat kita lakukan. Banyak hal kecil yang setiap hari kita lakukan ternyata akan berdampak sangat baik bagi perkembangan prilakunya, misalnya :

>> Bila kita langsung menjawab dan menghampirinya saat memanggil kita-bahkan ketika kita sedang sibuk dengan pekerjaan kita-maka ia langsung menjawab dan menghampiri ketika kita memanggilnya.

>> Saat kita tanpa bosan mengusap punggungnya hingga ia tidur, maka kelak kita kan terharu ketika ia memijat atau membelai punggung kita saat kita kelelahan atau sakit.

>> Saat kita berusaha keras menahan emosi di saat ia melakukan kesalahan sebesar apapun, lihatlah dikemudian hari ia akan mampu menahan emosinya ketika adik/temannya melakukan kesalahan padanya.

Maka ketika kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk melayani dan menyenangkan hati anak yang belum berusia tujuh tahun, insya Allah ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan, perhatian dan bertanggung jawab. Karena jika kita mencintai dan memperlakukannya sebagai raja, maka ia juga akan mencintai dan memperlakukan kita sebagai raja dan ratunya.

 

II. Anak Sebagai Tawanan (Usia 8-14 tahun)

Kedudukan seorang tawanan dalam perang dalam Islam sangatlah terhormat, ia mendapatkan haknya secara proporsional, namun juga dikenakan berbagai larangan dan kewajiban. Usia 7-14 tahun adalah usia yang tepat bagi seorang anak untuk diberikan hak dan kewajiban tertentu.

Raulullah SAW mulai memerintahkan seorang anak untuk sholat wajib pada usia 7 tahun, dan memperbolehkan kita memukul anak tersebut (atau menghukum dengan seperlunya) ketika ia telah berusia 10 tahun namun meninggalkan sholat. Karena itu usia 7-14 tahunadalah saat yang tepat dan pas bagi anak-anak kita untuk diperkenalkan dan diajarkan tentang hal-hal yang terkait dengan hukum-hukum agama, baik yang diwajibkan maupun yang dilarang, seperti :

>> Melakukan sholat wajib 5 waktu.

>> Memakai pakaian yang bersih, rapih dan menutup aurat.

>> Menjaga pergaulan dengan lawan jenis.

>> Membiasakan membaca Al-Qur'an.

>> Menerapkan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-hari reward dan punishment (hadiah/penghargaan/pujian dan hukuman/teguran) akan sangat pas diberlakukan pada usia 7 tahun kedua ini, karena anak sudah bisa memahami arti dari tanggung jawab dan konsekuensi.

Namun demikian, perlakuan pada setiap anak tidak harus sama karena every child is unique (setiap anak itu unik).

 

III. Anak Sebagai Sahabat (Usia 15-21 tahun)
Usia 15 tahun adalah usia umum saat anank menginjak akil baliqh. Sebagai orang tua kita sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat dan memberi contoh atau teladan yang baik seperti yang diajarkan oleh Ali Bin Abi Thalib RA.

>> Berbicara dari hati ke hati
Inilah saat yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, menjelaskan bahwa ia sudah remaja dan beranjak dewasa.

Perlu dikomunikasikan bahwa selain mengalami perubahan fisik, ia juga akan mengalami perubahan mental, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga sangat mungkin akan ada masalah yang harus dihadapinya. Paling penting bagi kita orang tua adalah kita harus dapat membangun kesadaran pada anak-anak kita bahwa pada usia setelah akhir baliqh ini, ia sudah memiliki buku amalannya sendiri yang kelak akan ditayangkan dan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.

>> Memberi Ruang Lebih
Setelah memasuki usia akhir baliqh, anak perlu memiliki ruang agar tidak merasa terkekang, namun teteap dalam pengawasan kita.

Controlling tetap harus dilakukan tanpa bersikap otoriter dan tentu saja diiringi dengan berdo'a untuk kebaikan dan keselamatannya. Dengan demikian anak akan merasa penting, dihormati, dicintai, daihargai dan disayangi. Selanjutnya, ia akan merasa percaya diri dan mempunyai kepribadian yang kuat untuk selalu cenderung pada kebaikan dan menjauhi prilaku buruk.

>> Mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat
Waktu usia 15-21 tahun ini penting bagi kita untuk memberinya tanggung jawab yang lebih berat dan lebih besar, dengan begini kelak anak-anak kita dapat menjadi pribadi yang cekatan, mandiri, bertanggung jawab dan dapat diandalkan.

Contoh pemberian tanggung jawab pada usia ini adalah seperti memintanya membimbing adik-adiknya, mengerjakan beberapa pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh orang dewasa, atau mengatur jadwal kegiatan dan mengelola keuangannya sendiri.

>> Membekali anak denga keahlian hidup
Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah anak-anak kalian berkuda, berenang dan memanah" (Riwayat sahih Imam Bukhari). Secara harfiah, olahraga berkuda, berenang dan memanah adalah olahraga yang sangat baik untuk kebugaran tubuh. Sebagian menafsirkan bahwa berkuda dapat pula diartikan mampu mengendarai kendaraan (baik kendaraan darat, laut, udara). Berenang dapat disamakan dengan ketahanan dan kemampuan fisik yang diperlukan agar menjadi muslim yang kuat. Sedangkan memanah dapat pula diartikan sebagai melatih konsentrasi dan fokus pada tujuan.

Di era modern, sebagian pakar memperluas tafsiran hadist diatas sebagai berikut :
> Berkuda = Life Skill
Memberi keterampilan atau keahlian sebagai bekal hidup agar memilki rasa percaya diri, jiwa kepemimpinan dan pengendalian diri yang baik.

> Berenang = Life Survival
Mendidik naka agar selalu bersemangat, tidak mudah menyerah dan tegar dalam menghadapi masalah.

> Memanah = Thinking Of Life
Mengajarkan anak untuk membangun kemandirian berpikir, merencanakan masa depan dan menentukan target hidupnya.

Semoga saja kita para orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya dapat memberikan perlakuan yang tepat pada anak-anak, siapapun mereka, dari manapun mereka berasal, dan dimanapun mereka berada, karena anak-anak adalah tanggung jawab orang tua.




Kamis, 21 April 2016

Makna Lagu Everglow Coldplay





               



Chris Martin dan Gwyneth Paltrow memang sudah bercerai, tapi hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk membuat musik bersama. Buktinya, Gwyneth akan tampil di lagu terbaru dari band Chris, Coldplay.

Dalam sebuah interview bersama The Wall Street Journal, Chris mengungkapkan bahwa Gwyneth, turut menyumbangkan suara dalam album ketujuh Coldplay, "A Head Full of Dreams", bersama arti-artis lain seperti Avicii, Noel Gallagher dan Beyonce. Putri Beyonce dan Jay Z, Blue Ivy Carter juga ikut ditampilkan di album tersebut.

Chris mengatakan sebuah puisi abad ke-13 telah menginspirasinya untuk berkolaborasi dengan mantan istrinya. “Semua orang yang diminta untuk menyanyi dalam album kami memiliki bagian penting dalam kehidupan kami,” kata Martin.

“Dan itu semua berasal dari puisi Guest House. Paduan suara dimulai dengan dua anakku yang datang sepulang sekolah dan mengikuti rekaman. Kami merekam suara Blue Ivy Carter di New York ketika ibunya Beyonce sedang di dalam studio.”

Dilansir oleh Rolling Stone, Gwyneth akan muncul dalam lagu Everglow, sebuah balada tentang percikan abadi dalam sebuah hubungan. Lagu-lagu lain menghadirkan dua anak mereka dan teman-temannya, serta anggota keluarga lainnya yang bernyanyi seperti sebuah paduan suara. Pacar Martin saat ini, aktris Annabele Wallis, juga ikut menyanyikan satu lagu.
http://celebrity.okezone.com/read/2015/11/19/205/1252526/gwyneth-paltrow-akan-tampil-di-album-baru-coldplay

Lagu Everglow ini sendiri menceritakan tentang suatu hubungan, entah itu cinta sepasang kekasih, keluarga, atau persahabatan, yang pada akhirnya harus berakhir. Ini memang curhat Chris Martin tentang perceraiannya dengan Gwyneth Paltrow dan dia merasa ‘everglow’ adalah perasaan yang dialami setiap orang yang baru saja melalui momen kesedihan dalam hidup mereka.

Untuk pemberian judul, dalam sebuah wawancara, Chris Martin menjelaskan, “I was in the ocean one day with this surger guy. He was like, ‘Yo, dude, I was doing this thing the other day, man. It gave me this total everglow!’ I was like, ‘What an amazing word!’”


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBS651J097Knh1n-1r2VcbH3nCj55Iue9uJKyToLXeZDN-C2KF3BqSjEnndXvkFHPNGhzVPSSnjBUkniR3fj3pSiERpFB209Squc6iKpt3lOtieMGxuCT9m10uhCu40mbBPtdoO9QgCvq8/s1600/CVdmzafWoAAzL4x.jpg


Tujuan dari lagu ini adalah menuturkan perasaan yang berlapis ketika kamu sedang mengkaji ulang suatu hubungan (pertemanan, pacaran, kakak-adik) yang sudah berakhir. Kamu akan terjebak nostalgia, merasakan sensasi hangat, bahagia,

Lagu “Everglow” ini akan membuat kita merombak ulang konsep waktu yang sebenarnya. Apa benar waktu itu hanya sebuah garis lurus, yang mana titik di belakang kita adalah masa lalu, dan apa yang membentang di sana adalah masa depan? Lalu, memori atau impian ada di mana? Dan, kita, kita hanya manusia yang terjebak dalam fase. Fase demi fase telah dan akan kita lalui dalam hidup, mulai dari berkenalan dengan seorang teman, mulai merasa nyaman, lalu akhirnya hubungan kita sampai pada tahap yang akan dilalui oleh semua orang: berpisah.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-tG0fogcX0hqYHAzxcWt_8dVnR5c7tMQ17tDaTnkHL_1_7V0fI27oHAs1FEjcwJd1GJznT9iT0mzH-DhQz3wsn1vIOmI-6vSbc4itpuCmucz6z7GkltmELAKbAZUj2HPAaAt2H3OvHOva/s1600/c6e25ac8f43187ded899dede5b150203.jpg


Pada akhirnya, hubungan antara manusia sebenarnya semu. Tidak ada yang abadi. Kamu bisa saja mengharapkan seseorang tertentu yang menantimu di ujung jalan itu, tapi nggak ada jaminan kalau kalian akan selalu bersama dan bahagia. Kadang berpisah lebih baik daripada tetap bersama sambil saling menyakiti. Kadang memutuskan bertahan selama apapun belum tentu bisa diartikan sebagai tanda kamu cinta mati dengannya. Dan kadang mereka yang saling mencintai pun harus saling meninggalkan karena merasa berada di path perjalanan yang berbeda.